Di suatu desa yang bernama Syika, desa yang cukup terpencil di pinggiran kota, hiduplah sebuah keluarga sederhana dengan seorang anaknya yang bernama Mattew. Dulunya desa ini merupakan tempat buangan bagi para tahanan dan orang-orang yang dianggap berdosa, dan penduduk desanya yang saat ini adalah keturunan dari orang-orang buangan tadi, menyadari keadaannya yang hina dan berdosa. Kehidupan merekapun menyedihkan karena kemiskinan, akan tetapi ada satu yang mengejutkan di daerah ini, mereka sangat rajin berdoa, mereka berdoa tidak di gedung gereja yang megah, tapi mereka berdoa di rumah salah satu warganya secara bergiliran. Hal ini terjadi karena pernah suatu ketika, rombongan desa itu hendak pergi ke gereja di kota dan mereka di usir karena berpenampilan lusuh dan karena mereka berasal dari desa orang pendosa. Sampai suatu ketika mereka sepakat untuk membangun rumah-rumahan kecil yang di dalamnya di semayamkan sebuah patung Hati Kudus Yesus. Hal ini membuat semangat berdoa mereka bertambah, banyak orang yang menyampaikan permohonan pribadinya atau sekedar ingin berbincang-bincang dengan Yesus, itu dilakukan setiap pagi dan petang, tidak jarang tengah malam pun masih ada nyala lilin kecil sebagai tanda bahwa masih ada orang yang asyik ngobrol bersama Yesus. Hal ini mereka rasakan sebagai sebuah Gereja sesungguhnya, dimana warganya saling pengertian dan mengasihi satu sama lain.
Nah, Mattew ini sejak kecil sudah rajin sekali berdoa, baik di rumah ataupun di patung Hati Kudus Yesus itu. Hal ini dilakukannya hingga beranjak dewasa dan bekerja di kota. Sebelum ia berangkat kerja, selalu mampir di tempat persembahyangan itu dan berdoa di sana, atau paling tidak ia mengatakan : “Yesus, aku mencintaimu.”
Selama perjalanannya menuju tempat kerja, ia sering sekali menjumpai anak gelandangan dan pengemis, ia sempatkan untuk berbincang sebentar dan tidak jarang ia menghibur mereka dengan gayanya yang kocak. Mattew pun akhirnya terkenal di kalangan para gelandangan itu.
Sebagai buruh pabrik, Mattew bekerja dengan rajin, jujur dan bertanggung jawab. Dengan gayanya yang humoris dan periang, ia menjadi disenangi mandor pabrik dan teman-teman buruh.
Setiap pulang ia pun selalu menyisihkan upahnya atau makanannya bagi anak-anak gelandangan itu, ia sangat sayang dan memperhatikan orang-orang terlantar itu. Sesampainya ia di desanya, sekali lagi ia mampir dan beristirahat sebentar tempat patung Hati Kudus Yesus itu di semayamkan dan bercerita tentang apa yang dialaminya sepanjang hari itu kepada Yesus yang sudah dianggapnya sebagai sahabat dekatnya.
Sesampainya di rumah, ia selalu menyapa orang tuanya, orang tuanya pun menyambut kedatangan Mattew denga penuh cinta. Setelah ia beristirahat sebentar ia bermain bersama teman-temannya.
Kebiasaan ini terus dilakukannya hingga ia beranjak lanjut usia, dan sudah tidak bisa bekerja lagi, ia pun belum menikah, karena waktunya habis tercurah untuk membantu orang-orang miskin tadi. Ia sendiri berpikir : “aneh, aku ini orang miskin, tapi koq masih bisa membantu orang lain. Ah… ini pasti bantuan dari sahabatku Yesus, Oh… Yesus, aku makin mencintaimu.
Di suatu pagi yang cerah dimusim semi, Mattew yang sudah terlihat tidak sekuat dulu dan sudah memutih rambutnya, tengah asyik berdoa kepada Hati Kudus Yesus di bawah kaki patung itu, sampai tanpa ia ketahui bahwa ada seseorang yang mengaku rohaniwan beserta murid-muridnya berjumlah 4 orang mendekati tempat itu dan menunggu Mattew selesai berdoa.
Ketika selesai berdoa, Mattew terkejut dengan kehadiran orang-orang tadi, lalu dengan lirih ia bertanya kepada mereka ; ”aaa…..annnnda ini siapa ? mmmm….mau bertemu dddde….engan siapa ? dan ada perlu apa?”, dengan kasar seorang murid itu menghardik Mattew : “Hei, apakah kamu yang bernama Mattew ? dasar pendosa yang tidak tahu malu.” sambil mendorong Mattew hingga terjatuh.
Pemuda-pemuda desa itu yang melihat perlakuan orang-orang asing terhadap Opa Mattew tidak terima, mereka ingin membalas perbuatan orang-orang tak dikenal itu, tetapi Mattew mencegahnya, lalu Mattew bertanya lagi ; “ apa salah kami, hingga kami harus menerima semua ini ?” murid yang lain menyahut, “Guru kami mengatakan bahwa tidak benar berdoa di hadapan patung, itu sama saja menyembah berhala. Dan sangatlah tidak pantas kamu berdoa kepadanya”. “lagian tidak mungkin Yesus mau hadir bersama dengan para pendosa seperti kalian, apa lagi mendengar doa kalian” sahut murid yang lain.
“ka…a.a.a.a.mi sudah tidak bo…o.o.leh berdoa di gereja kalian, dan kami tidak punya u…u.u.uang untuk membangun gereja di sini, hhmmmm…. la…lan…lantas, apa yang kalian inginkan?” tanya Mattew dengan nada gemetar.
“Kami akan menghancurkan patung berhala ini……” kata salah satu murid itu sambil mengayunkan sebuah balok kayu ke arah patung Hati Kudus Yesus itu. “Hiaaa……aaat”. “Jangaaaaa……..aaaaan !!!!!” teriak Mattew, sambil berlari dengan sisa tenaganya untuk mencegah orang itu, namun orang itu lebih kuat, sehingga balok itu menghantam kepala Mattew kemudian mengenai tangan patung Hati Kudus Yesus hingga patah.
Melihat hal itu, pemuda desa terpaksa melawan dan terjadi perkelahian, orang desa yang lain pun membantu, ada pula yang mengamankan Mattew, mereka menangis karena sedih melihat kondisi Mattew yang tidak sadarkan diri, terlebih lagi karea patung Hati Kudus Yesus yang rusak. Berita itu cepat tersebar, hingga terdengar oleh telinga para gelandangan di kota, mereka pun ikut mejenguk Mattew.
Selama kondisi tak sadarkan diri, Mattew berjumpa dengan beberapa Malaikat, mereka adalah Gabriel, Michael, dan St. Paulus. Selama itu pula Mattew berbincang-bincang dengan mereka, awalnya Mattew bingung dan tidak mengenal orang-orang itu, lalu Gabriel menegurnya, “Hai Mattew, jangan takut, aku Gabriel, ini Michael dan ini Paulus”. Melihat wajah mereka yang bersinar dan sayap di belakangnya Mattew menebaknya sambil menunjuk ke arah mereka dan bertanya, “kalian adalah malaikat? Apakah aku sudah mati ?” “belum Mattew” sahut Michael. “kami ingin berbincang-bincang denganmu, dan ada pesan dari sahabatmu Yesus” sambung Paulus. “Benarkah? Apakah aku sedang bermimpi?” “Tidak Mattew, kamu tidak bermimpi” sahut Paulus Lagi.
Kemudian Gabriel bercerita : “Kami sudah melihat semuanya tentang kamu, dari kamu kecil hingga saat ini, kamu tidak pernah lupa berdoa dan selalu berkata bahwa kamu mencintai Yesus, itu baik” jelasnya. “Tapi ada satu hal yang lebih menyentuh Hati Kudus Yesus.” “apa itu?” tanya Mattew penasaran. “Kamu sudah melakukan apa yang di inginkan Yesus, kamu benar-benar mencintai Yesus dan mengasuhnya lewat anak-anak terlantar dan gelandangan di jalan serta anak-anak tetanggamu. Kamu pun bersikap jujur dalam pekerjaan dan perkataanmu, tingkah lakumu pun disenangi oleh banyak orang.” Lanjut Gabriel.
Michael pun tidak ketinggalan ; “Kamu sudah membawa berkat bagi banyak orang. Kamu sudah menunjukkan dan menyalurkan Rahmat dan Kasih Allah kepada orang-orang di sekitarmu, sehingga mereka boleh merasakan hadirat Allah dan merasa lebih dekat dengan-Nya.”
“Loh, saya melakukan itu semua karena saya kasihan melihat mereka, saya tidak terpaksa dan saya mohon ampun kalau apa yang sudah saya lakukan sudah menyakiti Hati Kudus Yesus.” Mattew tampak binggung.
Kemudian dengan lembut Paulus menyentuh pundak Mattew yang masih kebingungan sambil tertawa dan berkata : “Mattew… Mattew…, kami tidak marah padamu, apalagi Tuhan Yesus, Ia bahagia melihatmu. Kamu selalu merendah dan tidak lupa mengucap syukur. Tuhan Yesus selalu bercerita kepadaku sehabis Ia ngobrol bersamamu tentang apa yang sudah kamu lakukan sepanjang hari-hari lalu. Masih ingatkah kamu kisah di Injil tentang cara berdoa orang Farisi dan penagih pajak ?”
“Iya…” sahut Mattew.
“Orang Farisi itu berdoa dipinggir-pinggir jalan dan di pasar, lalu ia ke bait Allah dan melihat ada penagih pajak disana yang juga tengah berdoa, lalu ia berdoa sambil menengadah, ia bersyukur tidak seperti penagih pajak itu dan berdoa keras-keras. Sedangkan si penagih pajak itu berdoa dengan kesungguhan hati sambil menunduk dan menepuk-nepuk dada.” Ulas Paulus singkat.
“Lalu mengapa masih saja ada orang yang memperhatikan dan mencibir cara orang lain berdoa, sedangkan dirinya saja belum benar. Meraka selalu melihat secuil kayu kecil di mata saudaranya, sedang balok besar di depan matanya sendiri tidak dilihatnya. Mereka hanya berdoa dengan bangganya, tetapi mereka tidak mempraktekkan apa yang sesungguhnya diinginkan Yesus dalam kehidupannya sehari-hari” Paulus menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Lantas, apa yang harus aku lakukan sekarang? Lalu apa pesan Yesus untukku ?” tanya Mattew.
“O… ya, pesan Yesus adalah “AKU AKAN MEMBAWAMU KE DALAM KEBAHAGIAN SEJATI”, apakah kamu mau Mattew?” tanya Gabriel sambil tersenyum.
“Aku?, aku bertemu Yesus, sahabatku?” tanya Mattew heran.
“Iya…, kamu akan bertemu Yesus. Tapi kami akan mengembalikan kamu dulu ke desamu, dan sampaikan kepada warga desa dan orang-orang yang menangisimu, janganlah menangis lagi sebab Yesus akan membawamu kepada kebahagiaan sejati. Sampaikan pula bahwa segera pindahkan patung Hati Kudus Yesus itu kerumahmu, suruhlah mereka menjual seluruh milikmu yang di rumah untuk memperbaiki rumahmu dan patung itu, biarkan rumahmu menjadi kapel kecil bagi warga desamu.” Sambung Michael.
“Baik, akan kuturuti perkataanmu. Tapi…, milikku tidak sebanyak itu hingga mencukupi biaya perbaikan rumah dan patung itu” tanya Mattew ragu.
“Percayalah, Yesus akan menambahkan segalanya apa yang mereka perlukan, dan Ia akan memberikan segalanya tepat pada waktunya. Sampaikan pula, Yesus akan menjemput mereka pada saatnya nanti. Pergilah anakku, kami menunggumu di sini” tandas Paulus.
Orang-orang yang menunggu Mattew yang pingsan terkejut dengan kesadaran Mattew, merekapun bergembira. Lalu Mattew menceritakan apa yang dialaminya sewaktu ia pingsan, dan menyampaikan apa yang disampaikan Gabriel, Michael dan Paulus, tak lama kemudian, Mattew berpamitan dan tak lupa menyampaikan pesan Yesus kepada mereka bahwa YESUS AKAN MEMBAWAMU KE DALAM KEBAHAGIAN SEJATI, kepada seluruh orang-orang yang hadir di situ.
Dan Mattew pun meninggal. Pemakamannya dihadiri banyak orang, warga desa, anak-anak terlantar dan gelandangan, teman-teman buruh dan pegawai pabrik lainnya, sambil menyisihkan penghasilannya untuk pendirian kapel yang diberi nama Gereja St. Mattew.
Sesampainya di Surga dan bertemu Yesus, Mattew berbincang-bincang banyak dengan Yesus, ketika hendak makan, telihatlah dari jauh kelima orang yang menganiaya Mattew di depan patung Hati Kudus Yesus dulu. Rupanya mereka juga meninggal akibat kecelakaan ketika hendak kembali ke kota setelah di usir oleh warga desa waktu itu, tetapi mereka menjerit-jerit karena kepanasan di neraka. Mereka juga protes, mengapa Mattew si pendosa koq malah masuk Surga ?
Yesus yang melihat itu menghardik mereka, katanya : “kalian telah enak-enakan hidup dengan menjual namaKu, namun kalian tidak melakukan apa yang kalian katakan sendiri tentang Aku, malah kalian menyakiti Aku”. Mereka terdiam, lalu dengan sabar Mattew memohon kepada Yesus : “Sahabatku, lepaskan mereka, mereka juga saudaraku, walaupun mereka telah menyakiti aku, dan bukankah mereka juga ciptaanmu. Janganlah Engkau murka ya Tuhanku”. Yesus melihat ketulusan hati Mattew dan mengabulkan permintaannya, tapi dengan satu syarat, Malaikat Gabriel akan menarik mereka dengan satu helai rambut dan hanya ada satu kali kesempatan.
Lalu malaikat Gabriel menjulurkan sehelai rambut itu, kelima orang itu berebutan menggapai rambut itu, akhirnya sang guru yang mendapatkannya, malaikat Gabriel mulai menariknya, tapi karena hanya ada satu kali kesempatan maka salah satu murid menangkap kaki sang guru agar bisa ikut naik, demikian murid yang lain menangkap kaki temannya, namun sayang, mereka egois, sang guru dan murid-muridnya tidak mau mengalah, mereka saling berkata : “jangan menggantung di kakiku, rambut ini tidak kuat untuk kita semua, ayo lepaskan”, sementara yang paling bawah berkata ; “tidak mau, kalian hanya cari enaknya sendiri, kalian tidak memikirkan kami, kami akan tetap menggantung di sini”, terus seperti itu sehingga tubuh mereka bergoyang-goyang, hal ini menyulitkan malaikat Gabriel, “hei jangan bergerak-gerak seperti itu, nanti rambut ini putus” teriak Gabriel. Namun mereka tidak mendengarkannya dan masih saja memikirkan dirinya sendiri, dan akhirnya rambut itu putus dan mereka semua tidak bisa naik ke Surga.
Yesus yang melihat itu hanya tersenyum dan berkata kepada Mattew, “jangan bersedih, Aku tahu isi hatimu yang tulus membantu, tapi kamu sendiri melihat mereka sangat egois dan tidak mau memikirkan sesamanya, tidak ada tempat bagi orang-orang seperti itu di sini. Mari Mattew, kita masuk ke dalam Perjamuan KudusKu dan berbahagialah bersamaKu.
Sebuah refleksi pribadi yang rindu akan kebenaran
Thursday, July 2, 2009
Subscribe to:
Comments (Atom)